29 March 2009

Jing & Mie Sop


Ada tempat makan yang enak di Cambridge Town Square, namanya Jing. Memang agak aneh namanya, tetapi makanannya tak aneh kok. Menunya mirip seperti di Nelayan yakni ada dimsum-dimsumnya gitu. Soal harga kayaknya pun mirip-mirip begitu lar dengan Nelayan.











Lalu di jalan Madong Lubis, juga ada mie sop yang enak. Yah tempatnya sempit, sumpek tetapi rame yang beli. Lokasinya tepat di depan Apotik Daulat. Disamping memang murah, mie sopnya juga enak tuh apalagi di campur perkedel. Wuis...maknyosss. Dari luar memang sih tidak begitu meyakinkan penampilan tempat makan kaki lima ini, tetapi boleh di coba neh mie sopnya. Dijamin ketagihan.




28 March 2009

Perjalanan Pulang dari Bali

Bang Komang sang supir sekaligus guide

Setelah seminggu melancong di pulau dewata, hari ini, minggu tanggal 8 Maret 2009 , saya mesti kembali ke kota Medan melanjutkan aktivitas seperti biasa kembali. Paginya naek pesawat ke Jakarta, baru kemudian siangnya lanjutkan ke Medan. Kenapa ya tak ada penerbangan langsung Medan-Bali?

Pas di dalam pesawat, kebetulan duduknya paling pinggir dekat jendela, saya bisa menikmati pemandangan yang sungguh indah. Awan-awan berkumpul dengan manisnya. Saya bayangkan kalo di darat kita bisa liat laut, nah kalo di angkasa kita bisa lihat awan ini alias bakalnya laut. Yah menurut pelajaran IPA yang kita terima pas di bangku SD, awan kan bakalan menjadi air dan entar air kembali menjadi awan, begitulah siklus yang terjadi di alam ini secara alamiah.


Ada cerita yang gue baca dari buku tentang setetes air di laut yang iri melihat awan yang indah di angkasa. Padahal dirinya sendiri itulah awan, cuman dalam bentuk yang berbeda. Jikalau si tetes air ini bisa menyadari 'awan' didalam dirinya, tentunya kecemburuan tidak akan mungkin muncul di dalam hatinya. Cerita ini mengingatkan kita akan suatu kenyataan hidup ini yakni ketidakkekalan. Yang kekal hanyalah perubahan itu sendiri. Awan akan berubah menjadi air, air akan kembali menjadi awan dan begitu seterus-seterusnya. Awan yang kita lihat hari ini, bukanlah awan yang kemaren itu, walaupun nampak serupa. Postingan ini jadinya agak lari dari jalurnya. Tapi itulah kira-kira yang gue sadari pas di atas pesawat AirAsia hari ini.



Sebagai penutup , saya pengen berterimakasih kepada Bang Komang yang telah menjadi supir sekaligus guide saya selama di Bali ini. 'Kalo pengen honeymoon di Bali jangan lupa yah hubungi kita lagi' begitu penuturannya sebelum kitanya berpisah.

23 March 2009

Hari ke -6 di Bali

Hari ke-6 di Bali ini, saya akan berbasah-basahan di Tanjung Benoa. Di lokasi ini banyak permainan air yang bisa dinikmati seperti Diving, Snorkeling, Flying Fish, Banana Boat, Speed Boat, dan Parasailing. Kegiatan pertama yang bakal di lakukan adalah snorkeling. Di bawa oleh boat kecil ke tengah lautan lalu di kasih dua potongan roti kecil oleh awak kapalnya.

Dalam perjalanan untuk bersnorkeling ria....
Kata awaknya tuh roti untuk ditaburi ke laut nantinya agar mau mendekat ke kita tuh ikan-ikan. Seperti pas di Sabang beberapa waktu lalu, guenya bersnorkeling dengan satu tangan menutup hidung agar bisa bernapas lewat mulut. Ini terpaksa dilakukan berhubung sayanya pakai kacamata renang sebagai pengganti kacamata snorkelingnya. Bagus memang pemandangan bawah lautnya walaupun airnya tidak begitu jernih. Ada awaknya yang temeni dan membantu mengambil foto-foto narcis. Setelah bersnorkeling, saya di bawa ke pulau Penyu. Sesuai namanya, disana pengunjung bisa melihat penyu besar. Tetapi selain penyu, ada lagi binatang-binatang lain yang bisa diliat seperi ular, burung, kelelawar dan iguana.


Ini dia pulau penyu - nya

Para pengunjung bisa berfoto-foto ria sambil memegang tuh binatang. Berkunjung kesini tidak di kenakan biaya yang tetap, pengunjung hanya perlu menyumbang ala kadarnya pada saat meninggalkan lokasi.

Manusia ular...ups sorry..maksudnya manusia dengan ular

Setelah ke pulau Penyu, ini saatnya saya melakukan permainan air 'flying fish'. Hujan udah mulai turun rintik-rintik tapi permainan tetap di lakukan. Flying fish itu pada dasarnya mirip parasailing. Bedanya, di flying fish ini dipakai semacam boat karet gitu, lalu kitanya ditarik sehingga terbang di angkasa. Cukup menegangkan juga permainan ini terutama pada saat posisi terbang tetapi sayangnya cukup singkat menurut saya durasi permainannya. Setelah selesai bermain, ini saatnya makan siang. Kali ini saya di bawa ke restoran sunda dekat airport yang nama restorannya gue tak tau. Menunya nasi timbel pake ayam goreng lalu ada tambahan gurami goreng. Enak banget tuh makanannya, tak heran mesti di reservasi dulu kalo mau makan disini. Kenyang sudah perut ini. Sekarang supirnya bawain guenya ke Joger lagi. Berhubung ini adalah hari terakhir di Bali, jadi saat yang tepat untuk membeli oleh-oleh khas Bali. Memang sempat bingung juga entah mau beli apa untuk di bagi-bagikan ke temen-temen. Akhirnya ku beli beberapa gantungan kunci dengak tulisan lucu-lucu khas Joger. Setelah ke Joger, ada lagi nama tokonya Kampung Bali yang saya kunjungi. Disini hanya beli beberapa souvenir saja sebelum melanjutkan perjalanan kembali. Selanjutnya saya akan berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana (GWK).


Potongan kepala garuda

Sebenarnya tempat ini masih dalam tahap pembangunan tetapi udah mulai ramai dikunjungi. Menuju ke tempat ini, saya melewati Universitas Udayana, Bali. Di GWK yang bisa dilihat adalah potongan setengah badan Dewa Wisnu, potongan kepala Garuda dan potongan tangan Dewa Wisnu.

Potongan Setengah Badan Wisnu

Kabarnya potongan-potongan patung ini dan potongan-potongan patung lainnya yang belum di buat nanti akan disambung menjadi satu patung Wisnu-naik-Garuda yang maha besar. Kita tunggu saja selesainya proyek ini. Menurut guidenya, proyek ini mau mirip dengan patung Liberty-nya di Amerika yang terkenal itu.


Nah ini kira-kira bakal hasil akhirnya....Wisnu dengan Garuda-nya

Sebagai perjalanan terakhir di hari terakhir ini, saya akan berkunjung ke Uluwatu. Dilokasi ini, bisa dilihat pura yang dibangun diatas tebing. Pemandangannya bagus banget terutama melihat air memecah di bawah tebing. Tapi hati-hati, banyak terdapat monyet berkeliaran di lokasi ini yang kelaparan. Sampai-sampai di depan pintu masuk udah di peringatkan oleh supirnya kalo kacamata dan topi sebaiknya di lepas berhubung bisa di rampok oleh moneytnya. Sayanya merasa was-was juga selama berjalan di lokasi ini berhubung takut di ambil kacamatanya.

Pemandangan di Uluwatu

Di Uluwatu ini pengunjung bisa menikmati tari Kecak juga dengan harga tiket pertunjukkan seharga Rp.50.000. Lokasi pertunjukkannya di puncak tebing dengan latar belakang sunset. Tari kecak merupakan tari tradisional Bali yang menceritakan kisah Ramayana. Yang unik dari tari ini yakni tidak adanya alak musik dipakai dan sebagai gantinya dipakai suara manusia berjumlah lebih kurang 70 orang.

Lagi menunggu pementasan tari Kecak


Ini dia....Tari Kecak khas Bali

Setelah menikmati tari kecak sekaligus sunset di Bali (yang sempat gagal di tonton pada saat di Tanah Lot kemaren itu), kini saatnya makan malam di Jimbaran. Di sini saya menikmati sea food di pas bibir pantai. Jadi deburan ombak bisa diliat sambil menyantap makan malam ditemeni nyala lilin ( macam candle light dinner gitu ). Sungguh romantiang bagi yang lagi pacaran kalo makan malam disini. Ternyata di Jimbaran ini juga lagi ada dipertontonkan Tari Kecak, tapi udah hampir usai pas gue datang. Lalu ada pemain musik (alias pengamen tapi alat musiknya lengkap mirip seperti di eropa itu lho) yang bisa kita minta untuk mengiringi makan malam kitanya. Nah setelah makan malam, saatnya kembali ke hotel, ngepak sana-sini. Besok paginya udah mesti ke bandara untuk terbang kembali ke kota Medan tercinta.

19 March 2009

Hari ke -5 di Bali

Jam buka khas Joger

Hari ini udah merupakan hari ke-5 yang artinya tinggal sehari lagi saya melalak di pulau dewata ini. Buat informasi saja, guenya ke Bali ini hanya berdua dengan temen kerja. Kebetulan hari ini dianya ngajak ke Joger lagi untuk membeli koper. Katanya barang bawaannya udah begitu banyak sehingga perlu satu koper lagi agar aman barang bawaannya tersebut. Dengan bermodalkan petunjuk arah dari orang, perjalanan dengan kaki menuju Joger pun dimulai. Jam masih menunjukkan sekitar jam 9 pagi. Asumsi awal saya adalah Jogernya bakal buka sekitar jam 10.00 WITA. Kita pun melangkah dengan santai sambil menunggu waktu buka ini. Sampai disana sekitar jam 10 kurang dikit dan memang tokonya belon buka.

Yang bikin terkejut adalah pada saat membaca pengumuman di pintu masuk dari pihak toko kalo jam 10.00 WIJO ( Waktu Indonesia Bagian Joger ) bisa berarti jam 12.00 WITA. Demi koper tercintanya itu, temenku pun menunggu dengan sabar. Berhubung tidak ada keperluan di toko ini, guenya pun mencari warnet terdekat untuk melampiaskan hasrat online yang udah lama terpendam selama di Bali ini. Kebetulan ada warnet di sekitar Joger ini dan gue pun membuat postingan singkat di sini.

Tak lama kemudian gue di handphone ama temenku itu kalo dianya telah tak sabaran menunggu jogernya buka. Akhirnya temenku pulang dengan tangan kosong dan kekekecewaan di hati. Dianya pun lirik sana-sini untuk mencari koper di toko lain yang kebetulan di lewati pas perjalanan balik ke hotel. Dapatlah satu tas warna biru merek 'nike' yang segera membikin lega dianya.

Waterbom Bali

Nah setelah temenku lega dengan tas barunya, segera kita menuju ke WaterBom. Ini merupakan salah satu tempat yang gue pengen sekali pigi di bali ini. Abis ingin tahu bedanya dengan tempat permainan air yang lain seperti di Sunway Lagoon atau di Genting. Ayo kita sama-sama masuk ke Waterbom Bali ini. Sebagai informasi saja, kabarnya waterbom juga ada di Jakarta. Diwaterbom ini ada tersedia beberapa macam permainan air selain berenang diantaranya adalah:
- race track
- smash down
- raft river
- macaroni tube
- boogie ride
- jungle ride
- dll

Mau diterbangkan ke atas? Bayar 60 ribu!

Semua permainan air ini saya coba dan asyik bener tuh. Walaupun memang agak sedikit capek prosesnya bermain ini berhubung mesti naik tangga yang tidak begitu sedikit lalu mesti antri lagi. Makan siang di waterbom ini pun terasa nikmat setelah capek bermain.

Salah satu permainan air di water bom

Perhatikan wajah anak dan ibu ini!

Kasihan anak bule ini....jangan maen lagi ya nak

Permainan Lazy River

Puas dengan main air tawarnya di Waterbom, sekarang guenya ingin main air asin. Pantai kuta merupakan tempat kita bermain selanjutnya. Cuaca awalnya cerah tapi perlahan-lahan menjadi mendung tetapi tidak menyurutkan niat untuk terjun ke lautnya.

Pantai Kuta

Guenya akan bermain papan selancar di pantai ini. Oh man....surfing board yang gitu gede sekarang akan ku mainkan. Terbayang para atlet selancar yang gue liat di teve-teve dengan luwesnya membelah ombak besar dan bisa menyeimbangkan diri di dalam gulungan ombak. Wuis...keren abis. Tetapi itu bukanlah yang gue bayangkan bakal terjadi pada diriku. Pertama karena ombak di pantai kuta ini tidak begitu besar, kedua guenya tak pernah maen neh papan selancar. Saya pun menyewa papan selancarnya dari seorang instruktur disana.

Papan Selancar yang gue pakai warna biru

Ternyata papan selancar itu ada berbagai ukuran. Semakin kecil ukuran papan, semakin mahirlah yang mainnya. Kira-kira itulah penuturan dari instrukturnya yang saya dengar. Tanpa panjang lebar lagi, gue pun di kasih yang paling gede ukuran papannya. Lalu instrukturnya memperagakan teknik berselancar dengan singkat sebelum maen neh papan. Pertama dada bersatu dengan papan, kedua jika ombaknya datang segeralah anda berdiri, ketiga andapun akan berselancar dengan indahnya. Setelah merasa okey dengan teorinya, saatnya mempraktekkannya.

Nah mau pilih yang mana...surf board ( warna putih ) atau body board ( warna biru ) ?

Pertama, posisi dada di papan dan dayung pake tangan agar papan bergerak . Kedua, dengan dada masih lengket di papan ditunggu ombaknya datang. Ketiga, ombaknya datang, instrukturnya memberi aba-aba agar segera berdiri. Ke empat, begitu berdiri, jatuhlah gue dari papan dan tergulung-gulung oleh ombaknya. Okey....namanya baru belajar, pasti ada kegagalan. Tanpa putus ada dan dengan semangat membara dihati, gue ulangi dan ulang lagi proses belajarnya, dan...dan...dan akhirnya saya menyerah. Ternyata harus diakui, berselancar ini butuh kesabaran dan waktu yang tidak begitu singkat. Jadi gue minta 'surf board'-nya diganti jadi 'body board' aja. Iya deh...akhirnya gue turun level menjadi body surfer. hehehehehe....Terus terang saja, kalo pake body board, tak perlu belajar segala, langsung bisa punya, abis tinggal telungkupkan neh badan ke papan, lalu kalo ada ombak datang, papannya bergerak dan bawa kita ke pantai . hehehe.......

Pas pulang dari maen neh papan, badan pun terasa pegel abis kecapekan di gulung ombaknya. Malamnya gue ke salah satu mall yang lokasinya pas depan waterbom, namanya discovery mall. Disitu makan malam dan cuci mata sekalian. Setelah itu balek ke hotel, istirahat malam dan tinggal menantikan hari terakhir liburan di Bali besoknya. Postingan ini cukup sekian dan sampai jumpa di hari terakhir di Bali.

16 March 2009

Hari ke -4 di Bali

Papan di jalan masuk Pura Besakih

Hari ini saya berkunjung ke pusatnya pura di Bali yakni Pura Besakih. Boleh dibilang semacam kompleksnya pura-pura di bali terletak disini. Lokasinya diatas bukit jadi para pengunjung mesti menaiki jalan yang menanjak menuju pura ini. Mobil dilarang masuk ke daerah ini. Pagi ini cuaca lagi mendung dan hujan turun dengan malu-malu.


Pedagang yang lagi mencari pelanggan
Ini guide lokalnya

Di lokasi ini ada guide lokal yang menemani dan menerangkan tentang pura Besakih ini. Memang lokasi pura ini sangat luas sekali dan para pengunjung hanya bisa berjalan mengelilingi puranya. Yang boleh masuk ke dalam puranya hanya orang yang bersembahyang saja.

Salah satu pura di Besakih

Lagi menyiapkan keperluan sembahyang

Pura yang ada kelelawarnya alias Pura Goa Lawah menjadi tempat persinggahan selanjutnya. Di puranya ini ada sebuah goa yang dihuni oleh kelelawar dan katanya ada juga ular besar di dalamnya.

Papan di pintu masuk Goa Lawah

Replika Barong

Kelelawar lagi tidur siang

Pohon disarung

Ular ini jarang keluar dari goanya kecuali ingin mengisi perutnya. Makanannya yah kelelawar itu. Di bali banyak kita jumpai pohon-pohon besar di beri sarung, kabarnya ini untuk menghormati pohon tersebut yang di duga sudah ada penghuninya. Jadi jangan buang air kecil atau besar di pohon yang udah disarung. Kualat entar deh. :-) Pas di seberang jalan dari lokasi pura ini, ada tempat pembuatan garam secara tradisional di Bali ini.

Tempat penampungan air garam

Berhubung penasaran, sayapun ingin melihat proses pembuatan garam ini. Sebenarnya prosesnya sederhana saja yakni air laut disaring terlebih dahulu di sebuah tempat dan entar di keringkan diterik matahari.

Tempat air garamnya di jemur

Setelah itu saya berkunjung ke Kertha Gosha. Di sini katanya merupakan tempat bersejarah zaman dulu yang digunakan oleh raja-raja untuk rapat dengan para menteri-menterinya.

Atap yang banyak lukisannya

Di atap-atap bangunannya ada lukisan-lukisan dengan tulisan sansekerta. Berhubung yang membawa ke sini hanyalah supir, beliau tidak menerangkan banyak mengenai lukisan ini.

Meja rapat zaman doeloe

Saya pun menunggu ada rombongan turis lain sehingga saya bisa ikut nimbrung mendengarkan penjelasan guidenya. Tetapi apa boleh buat, yang datang rombongan turis dari eropa dan jepang, jadi guidenya pun ngomong pake bahasa mereka. Saya pun segera cabut dari lokasi ini.

Lokasi bekas bom bali yang udah ditumbuhi semak belukar

Selanjutnya saya ingin melihat lokasi bekas terjadinya bom bali di Legian. Lokasinya sekarang telah di pagar sedemikian rupa dan dibiarkan tumbuh rumput ilalang. Persis di seberang jalan ada monumen untuk mengenang orang-orang yang meninggal yang kebanyakan turis dari Australia.

Monumen Korban Bom Bali

Lagi bernarcis ria