05 June 2008

Stress di Cuekin

Suasana hati seseorang tidaklah sama setiap waktu karena berhubung ini tergantung beberapa faktor menurut guenya. Diantaranya yang saya ketahui adalah yakni kondisi tubuhnya pada saat itu ( dalam keadaan sakit atau sehat ), kondisi lingkungan disekitarnya, ataupun juga kondisi jiwanya saat itu ( dalam keadaan stress atau tidak ). Faktor-faktor ini yang dapat terjadi bersamaan ataupun tidak mampu mengubah suasana hati seseorang saat itu. Baru-baru ini ada temen anggap aja Amir namanya curhat kepadaku, dianya kuliah dan akrab dengan seorang dosen. Dosen ini menurutnya cukup bersahabat, pandai berkelakar, sehingga tak heran si Amir ini menyukai sang dosen. Si Amir dan temen-temennya suka ngumpul bareng dengan dosen ini di kala senggang. Nah pada suatu hari si Amir berminat menanyakan soal mata kuliahnya kepada sang dosen. Sebelum Amir berkonsultasi dengan sang dosen , ada temen Amir laennya yang telah berkonsulatasi terlebih dahulu. Begitu temennya selesai, Amir langsung menemui sang dosen. Tapi apa yang terjadi ternyata dosennya pura-pura sibuk, seolah-olah kurang menyukai kedatangan si Amir. Dengan keadaan seperti ini, Amir pun hanya berkonsultasi sebentar saja berhubung dosennya telah meminta Amir segera menyelesaikan konsultasinya ( dengan kata laen diusir dengan halus ) .

Sampai di rumah Amir merasa kecewa di perlakukan seperti itu oleh sang dosen. Amir tak habis pikir kenapa dosennya bertindak seperti itu padahal sebelumnya masih bisa bercanda. 'Oh kenapa?' pikir Amir. ' Apakah ada yang salah denganku?'. 'Kenapa mesti terhadapku beliau bertindak seperti itu?. Kira-kira begitulah kata hati si Amir.

Sampai tulisan ini di luncurkan memang belon tau penyebab dosennya bertindak seperti itu. Yang pastinya tindakan dosen itu telah melukai hati si Amir. Guenya cuman bisa menyarankan agar tabah dan segera melupakan kejadian itu. Tentunya tidak mudah melupakan perlakuan seperti itu. Tapi dengan mengingat bahwasanya suasana hati seseorang itu bisa berubah gitu cepat saya yakin si Amir bisa melupakan kejadian ini segera. Ingatlah perasaan seseorang bisa berubah tapi jangan sampe perasaan kita di kontrol oleh orang laen. Mirip seperti remote control, begitu tekan 'play' kitanya bahagia tak menentu, begitu orang laen tekan 'stop' kitanya pun merenggut sedih. Masyarakat memang udah mengondisikan keadaan seperti itu. Dari sejak kecil kita udah ditekankan agar selalu mendapat persetujuan dari orang. Memang ada baeknya pengondisian seperti ini sehingga kita tidak semena-mena melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. Tapi kalau pengondisian ini sedemikian menyiksa batin, saya kira perlu di pikir lagi pengondisian-pengondisian yang merugikan diri kita sendiri ini. Pembahasan ini mungkin agak berpanjang lebar tetapi semoga bermanfaat deh.

No comments:

Post a Comment

Kasih Donk Komentarnya