29 May 2008

Pemerasan di Jalan Imam Bonjol

Kemaren malam setelah pulang dari Tong's menikmati steak ayam ama susu kedelainya ternyata guenya harus menghadapi pemerasan. Lampu merah ku terobos berhubung malam itu begitu sepi, dan berniat untuk belok ke jalan imam bonjol. Dari kejauhan kulihat ada seorang pengendara motor tiba-tiba membalikkan arah setirnya tetapi guenya tak menaruh curiga. Ternyata dianya melihat ada razia yang dilakukan oleh segerombolan polisi, sedangkan guenya dengan tanpa perasaan bersalah masih tetap memacu tenang. Alhasil, seorang polisi memberhentikanku dan inilah perbincangan yang terjadi:
polisi : Selamat malam, Pak!
johan : Ada apa pak?
polisi : Begini Pak, apakah bapak melihat adanya lampu merah, dan tahukah anda tahu...bla bla..bla..bla.......( penjelasan yang cukup panjang lebar yang guenya sendiri pun malas mendengar tapi harus tetap mendengar )
johan : Oh ya, pak..begitu ya..
polisi : Anda tinggal sekitar mana? ( mana tau anak ini tinggal di perumahan elit, bisa peras lebih banyak! XD )
johan : ehmm.....sekitar Mandala pak!
polisi: pekerjaan apa? Mahasiswa ya?
johan : iya pak....Mahasiswa
polisi : oh begitu ya...( ternyata kere neh anak )
johan : iya pak....
(keadaan hening sejenak...).
polisi : jadi gimana pak....
johan : iya gimana ya....ya udah...damai aja pak...
(guenya merogoh-rogoh isi dompet.............
untung masih tersisa duit Rp.20.000 diantara lembaran Rp.50.000)
johan : neh pak....
polisi : okey..
guenya langsung nancap gas setelah dikembalikan SIM dan STNK.

Inilah fenomena kegiatan berlalu-lintas di Indonesia khususnya Medan, kesalahan yang harusnya ditilang tapi bisa diselesaikan ditempat itu juga. Kita termasuk guenya dah terbiasa dengan sesuatu yang instant tak mau bertele-tele, sedangkan dari pihak polisinya mau untung demi asap di dapur mengepul. Polisi yang seharusnya menjadi pelindung atau pengayom malahan kita takutkan begitu melihat beliau-beliau ini di persimpangan jalan. Sungguh ironis!

No comments:

Post a Comment

Kasih Donk Komentarnya