Semalam pada saat jalan-jalan ke Palladium, ku jumpa lah sesosok manusia yang telah lama menghilang dan ku rindu. Kepadanya kale ini ku ingin menulis surat cinta:
'Bang, udah sekian lama kita tak bersua. Saya tak tahu apakah abang masih mengingat saya. Yang pastinya saya masih mengingat abang. Ku masih ingat pada saat kita di kos-kosan dulu, kita sering bercanda ria. Abang dengan rambut hitam keritingnya, sering berkumpul dan sekedar melepas lelah di lantai atas kos kita yang terletak di kampung madras alias kampung keling dulu itu. Tak berapa lama kita pun saling berpisah. Sekian tahun kemudian, tiba-tiba abang menelepon saya. Oh betapa senangnya saya bisa mendapatkan kabar dari abang. Abangpun menuturkan segala kendala dan masalah yang abang hadapi saat itu. Abang lagi di kejar polisi dan mesti bersembunyi. Ada sedikit rasa terkejut dalam benakku. Saat itu ku izinkan lar abang untuk menginap di kamar saya sembari bernostalgia mengenang masa-masa lalu yang telah kita lewati bersama. Lalu keluarlah dari mulut abang agar saya pinjamkan sekantong duit agar hidup abang tetap bertahan. Tanpa ragu dan diiringi rasa kasihan yang mendalam, ku tariklah uang dari ATM untuk ku pinjamkan ke abang. Tapi tindakanku ini akhirnya ku sesali kemudian sebab abang telah menyalahgunakan kepercayaanku ini. Abang sekali lagi menghilang tanpa jejak, dan uangku pun melayang tanpa jejak.
Tetapi saya hanya bisa menghibur diri, suatu hari nanti mungkin pada saat keadaan keuangan abang sudah membaik, abang akan kembalikan tuh duit. Kalau pun tidak, biarlah itu menjadi berkah bagi abang.
Lalu bencana tsunami melanda kota Banda Aceh tercinta, saat itu saya juga menjadi salah satu korbannya. Pesan singkat dari abang pun tiba-tiba masuk ke hape saya, yang intinya abang masih mengingat duit yang abang pinjamkan dan akan segera kembalikan ke saya. Itupun yang saya tanggapi dengan hati dingin dan tak ku balas pesan singkatmu itu, berhubung masih dalam suasana duka ditimpa bencana.
Nah semalam pada saat ku jalan-jalan di Palladium mall, sekilas ku nampak sosok wajah manusia di depan lift. Manusia ini mirip sekali dengan abang. Saya sedikit tidak percaya kalo itu adalah abang. Ku perhatikan sekali lagi, bentuk wajah, rambut, kacamata yang di kenakan, oh iya...hatiku berdegup kencanng, ternyata manusia itu adalah abang. Ingin sekali rasanya menyapa abang kembali. Tetapi mengingat perlakuan abang kepadaku tempo hari, ku urungkan niat ini. Abang pun masuk ke dalam lift, saya juga ikut masuk ke dalam lift. Wajah kita pun saling bertatapan beberapa detik. Ku pura-pura tidak mengenal abang. Abang pun saya kira begitu. Sungguh perjumpaan yang menegangkan walaupun hanya berlangsung beberapa saat. Setelah itu saya melihat gelagat abang yang pura-pura melihat ke tempat lain untuk menghindari tatapan mata denganku. Ku nikmati saja kelakuan abang yang salah tingkah ini. Dan setelah itu, kita berpisah lagi setelah keluar dari lift. Jikalau ada kesempatan membaca surat cintaku ini, perlu abang ketahui, sudah kumaafkan abang dari dulu-dulu dan duit yang abang pinjamkan udah saya anggap sumbangan. Soal ku tidak menyapa abang dan pura-pura tak kenal di palladium kemaren itu, bukan maksud hati membenci abang, tetapi saya takut mendapatkan perlakuan yang sama di kemudian hari. Biarkan kita melangkah di jalan sendiri-sendiri. Good bye...my friend and also my money! '
13 July 2009
Surat Cinta kepada 'Teman'
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Kasih Donk Komentarnya